Kisah kenaikan Yesus Kristus umumnya tidak dilihat sebegitu penting sebagaimana kisah kematian dan kebangkitan-Nya. Hal itu tampak dari cara umat menyikapi peringatan kenaikan-Nya. Umumnya kelihatan sepi-sepi saja. Sebagian teolog memang melihat hari kenaikan tersebut tidak begitu penting. Bahkan ada yang meragukan dan menolak peristiwa tersebut dan menganggapnya sebagai karangan dan dongeng dari Gereja mula-mula. Lalu, sebenarnya apa dasar kita menerima dan mempercayai kenaikan-Nya tersebut? Sebenarnya, di berbagai tempat, langsung atau tidak langsung, Alkitab berbicara tentang kenaikan Tuhan Yesus tersebut. Bahkan, ada satu bagian Alkitab yang sangat jelas menuliskan kisah tersebut. Dokter Lukas dengan sangat jelas dan cukup detail menuliskan kisah tersebut pada volume kedua dari tulisannya, yaitu pada Kisah Para Rasul 1:6-11. Berdasarkan kisah tersebut di atas, kita dapat belajar beberapa hal penting.
Pertama, kenaikan Yesus tersebut menegaskan fakta perihal kebangkitan-Nya. Alkitab menegaskan bahwa kenaikan Tuhan Yesus merupakan satu kesatuan dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Menarik sekali bagaimana dokter Lukas memulai kitab Kisah Para Rasul tersebut. "Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat,” (1:1-2). Jadi, dokter Lukas tidak hanya menulis penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus, melainkan sampai pada hari ia terangkat!
Kedua, kenaikan Yesus ke surga mendemonstrasikan kemenangan-Nya yang sempurna. Alkitab menegaskan bahwa Yesus bukan hanya mengalahkan kuasa penyakit, menghentikan badai dan angin ribut, serta mengalahkan kuasa dosa, melainkan dengan jelas kita membaca bahwa Yesus juga mengalahkan kuasa maut. Lebih dari situ, Yesus sendiri bangkit dari kubur. Sesungguhnya, tidak ada catatan tentang pendiri-pendiri agama atau nabi mana pun yang memiliki kuasa yang setara dengan kuasa Yesus tersebut. Apalagi, faktanya, tentu saja tidak ada.
Ketiga, kenaikan Yesus ke surga menegaskan identitas-Nya yang sesungguhnya. Seorang pernah mengatakan, “Semua yang hidup akan berakhir ke bawah, karena semua yang hidup akan mati dan dikubur”. Namun tidak demikian dengan Yesus. Tuhan Yesus mengakhiri hidup-Nya ke atas. Kenaikan Yesus tersebut menunjukkan dari mana Dia berasal. Hal itulah yang pernah ditegaskan-Nya kepada orang-orang yang memusuhi-Nya: “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini,” (Yoh 8:23). Selanjutnya, dalam pasal berikutnya kita membaca bahwa sambil memandang ke atas, Tuhan Yesus berdoa: “Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu,” (Yoh 17:11). Dengan perkataan lain, kenaikan Yesus ke surga merupakan peristiwa “pulang mudik”. Hal itu dilakukan-Nya, setelah seluruh pekerjaan-Nya selesai (Yoh 17:4).
Ambisi yang Benar
Setelah Yesus menyelesaikan seluruh karya penyelamatan tersebut, apa yang selanjutnya terjadi? Kita membaca satu pertanyaan murid yang sangat menyedihkan. “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6). Nampaknya, hal itu menjadi sesuatu hal yang terus-menerus memenuhi pikiran dan hati mereka. Pada detik-detik terakhir, sebelum Yesus meninggalkan mereka, yang mereka tanyakan adalah soal kerajaan duniawi, kerajaan Israel. Padahal, Tuhan Yesus datang bukan untuk itu, melainkan untuk kerajaan yang lain, yang lebih mulia dan kekal, yaitu kerajaan sorga. Kelihatannya, dokter Lukas sengaja menonjolkan fakta yang sangat ironis tersebut. Pada ayat sebelumnya, dokter Lukas menulis bahwa selama empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya, Yesus “berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah” (Kis 1:3). Namun, di sisi lain, murid-murid malah menanyakan soal kerajaan Israel, bukan Kerajaan Allah.
Syukurlah, ambisi yang salah itu masih sempat dikoreksi oleh Tuhan Yesus dan menegaskan apa yang seharusnya menjadi ambisi mereka seumur hidup. Itulah hal yang sangat penting untuk dilakukan, yaitu pentingnya tugas pekabaran Injil. “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu. Dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria, sampai ke ujung bumi,” (Kis 1:8). Selanjutnya, di dalam Ayat 9 kita membaca: "Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupNya dari pandangan mereka". Jadi, kita membaca bahwa Tuhan Yesus terangkat sesudah Ia mengatakan pentingnya menjadi saksi Yesus, memberitakan Injil Kerajaan Allah yang menyelamatkan dan membahagiakan manusia.
Jika kita amati pasal-pasal berikutnya, memang kita melihat bagaimana rasul-rasul dan orang percaya sangat serius melakukan tugas penginjilan tersebut. Oleh karena itulah kita dapat membaca statistik Lukas mengenai pertumbuhan Gereja yang sedemikian pesat. Lukas memulai dengan 120 orang (Kis 1:15), selanjutnya menjadi 3.000 jiwa (2:41). Jumlah tersebut meningkat lagi secara tajam menjadi "kira-kira 5.000 orang laki-laki" (4:4). Pertumbuhan jemaat terus terjadi. Oleh karena itu, rupanya, dokter Lukas kewalahan untuk memberikan statistik detail. Itulah sebabnya, selanjutnya dokter Lukas menggunakan istilah "jumlah murid makin bertambah" (6:1).
Hal tersebut juga menjadi pelajaran dan koreksi bagi kita agar kita memeriksa diri kita masing-masing. Setelah kita mengenal Tuhan Yesus dan mendengar segala pengajaran-Nya, sejauh mana hati dan pikiran kita semakin menyatu dengan visi dan ambisi ilahi. Sejauh mana hati kita bersemangat serta berkobar-kobar dalam hal penggenapan kerajaan allah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Di Tanggapi, monggo !