Ayub 16:2 “Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!”
Sudah jatuh, tertimpa tangga, terjerumus ke jurang, kira-kira itulah yang terjadi dengan Ayub. Sudah kehilangan harta benda dan ternak, disusul dengan kehilangan anak-anak kesayangannya. Ditambah sikap istrinya (mengutuki Tuhan), yang memedihkan Ayub sendiri. Seakan-akan istrinya mau mengatakan, “Sudah cukup berbuat baik dihadapanNya, tinggalkan Tuhanmu!”. Ayub tertekan, Ayub jatuh. Ayub bisa saja mengambil keputusan untuk melakukan apa yang dikatakan istrinya. Namun demikian, Ayub tetap menjaga perkataannya sampai akhirnya Tuhan memulihkan, bahkan melipatgandakan, keadaan dan harta Ayub sari sebelumnya.
Dari penggalan perikop diatas, kita mau melihat tiga sahabat yang ada dalam keterpurukan Ayub pada saat itu, yakni Elifas, Bildad dan Zofar.
Tidak diketahui secara pasti latar belakang pekerjaan maupun keluarga dari Elifas, Bildad dan Zofar. Namun demikian, pada Ayub 2:11 dikatakan, “Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia”. Dari penggalan ayat ini menunjukkan kedekatan mereka dengan Ayub. Tidak disebutkan pihak lain yang ada bersama dengan Ayub selain daripada Elifas, Bildad dan Zofar yang [mencoba] menghibur Ayub. Mereka mau menjadi satu dalam penderitaan Ayub, merasakan apa yang ayub rasakan (Ayub 2:12c). Dari sisi perasaan Ayub, setidaknya dengan kehadiran sahabat, kita memiliki a shoulder to cry on, ada orang yang masih mau peduli dengan keadaan kita, sekalipun berat.
Namun demikian, setelah 7 hari 7 malam mereka duduk bersama-sama tanpa mengucapkan sepatah kata pun (Ayub 2:13), Ayub dan sahabat-sahabatnya mulai membuka mulut untuk mengutarakan apa yang ada di benak mereka masing-masing, dan keadaanpun berbalik…
Segalanya menjadi jelas, bahwa bukannya para sahabat memberi penghiburan kepada Ayub, malah menjadi seseorang yang semakin mengintimidasi Ayub dalam kesukarannya, mencela Ayub akan kejahatan terselubung yang mungkin diperbuat oleh Ayub didalam kesehariannya. Sahabat yang seharusnya menjadi tempat sandaran, malah semakin menjatuhkan didalam kesukarannya (pasal 3-33).
Saya teringat sebuah lagu dari James Taylor berjudul “You’ve Got A Friend”. Lagu ini termasuk lagu lawas yang sering di-remake oleh penyanyi-penyanyi pendatang baru. Ada sepenggal lirik yang cukup menyentuh saya:
When you’re down and troubled
And you need a helping hand
And nothing, nothing is going right
Close your eyes and think of me
And soon I will be there
To brighten up even your darkest night
Ind:
Ketika engkau jatuh dan kesusakan
Dan engkau membutuhkan pertolongan
Dan tidak ada, tidak ada yang benar (semua menjadi kacau)
Tutup mata mu dan pikirkan aku
Dan aku akan ada disana
Untuk mencerahkan, bahkan di ‘malam’ tergelapmu sekalipun
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran” (Amsal 17:17).
Apakah kita sudah menjadi “saudara dalam kesukaran” bagi seseorang di sekeliling kita?
Atau kita seperti Elifas, Bildad dan Zofar, yang terkesan menjadi ‘obat’ pelipur lara, namun mengandung ‘racun’ didalamnya?
Atau malah kita tidak peduli akan kesukaran di sekitar kita?
Semoga kita menjadi perpanjangan Tangan Allah bagi sekitar kita, menjadi sahabat sejati dan penghibur bagi mereka yang dalam kesukaran.
Tuhan Yesus Memberkati.
- Sumber : http://ispeak.us/true-friend/#sthash.RSM5lpmJ.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Di Tanggapi, monggo !